Tanaman ini diyakini berasal dari Asia Tenggara, khususnya Filipina dan Indonesia, di mana ia telah menjadi bagian tak terpisahkan dari masakan dan budaya lokal selama berabad-abad. Jeruk kunci banyak dibudidayakan di negara-negara tropis lainnya, dan juga populer sebagai tanaman hias di daerah subtropis karena ukurannya yang kompak dan buahnya yang berlimpah.
Secara ekonomi, jeruk kunci merupakan komoditas penting di pasar lokal di banyak negara Asia Tenggara. Jus dan ekstraknya digunakan secara luas dalam industri makanan dan minuman. Peningkatan minat terhadap masakan Asia telah memperkenalkan jeruk kunci ke pasar global, meskipun belum sebesar jeruk nipis atau lemon. Dari segi pangan, jeruk kunci adalah sumber vitamin C yang luar biasa, serta antioksidan. Air perasannya adalah bumbu serbaguna yang digunakan untuk menyedapkan hidangan laut, daging, sup, dan salad. Ia juga menjadi bahan utama dalam berbagai minuman segar, memberikan sentuhan rasa asam yang menyegarkan. Dalam pengobatan tradisional, jeruk kunci sering digunakan sebagai obat batuk, pereda sakit tenggorokan, dan sebagai tonik untuk meningkatkan nafsu makan atau mengurangi demam. Kulitnya juga dapat digunakan sebagai pengharum ruangan atau pengusir serangga alami.
Secara ekologis, pohon jeruk kunci yang berukuran kecil dan dapat ditanam dalam pot, memberikan fleksibilitas untuk penanaman di berbagai lingkungan, termasuk di perkotaan. Mereka menyediakan keteduhan parsial dan keindahan estetika. Sebagai anggota keluarga jeruk, bunga-bunga mereka juga menarik serangga penyerbuk, mendukung ekosistem lokal.